Gotong Royong: Spirit Manusia Pancasilais Modern Hadapi Covid-19
(Ilustrator: @alor.art_) |
Ali Munhanif, Dekan FISIP UIN Syarif Hidayatullah mengungkapkan bahwa perang melawan pandemi Covid-19 yang berlangsung sejak awal tahun ini sudah selayaknya menjadi momentum merenungkan kembali perjalanan dasar negara kita, Pancasila. (Kompas, 2 Juni 2020).
Pernyataan di atas menjadi alarm yang menyadarkan kita tentang peran
sentral Pancasila. Alarm yang mengingatkan kita juga bahwa pada tahun ini, 1
Juni 2020 Pancasila mencapai usia 75 tahun. Pada usia intan ini sudahkah kita
menjiwai dan menghidupi Pancasila, teristimewa dalam perjuangan menghadapi
Covid-19?
Wacana
tentang Pancasila tak terlepas dari sosok penggagasnya, Bung Karno. Ia adalah
pencetus Pancasila yang telah menyatukan seluruh rakyat dari Sabang sampai
Merauke. Sosoknya merupakan manusia Pancasilais, karena berkualitas dan
berintegritas dalam mengamalkan lima sila tersebut.
Pada
konteks pandemi Covid-19 ini kita dipanggil untuk meneruskan spirit manusia
Pancasilais. Mengapa demikian? Karena dengan berlandas pada Pancasila kita
memiliki arah serta tujuan yang jelas sebagai satu bangsa dan satu tanah air
dalam menanggulangi wabah Covid-19.
Panggilan ini menyadarkan seluruh anak bangsa untuk
bersatu dan bekerja sama mengatasi dampak Covid-19 dengan berbasis pada
Pancasila. Melalui upaya ini manusia Pancasilais mampu menggalakan aksi sosial
yang menyentuh setiap lini masyarakat.
Manusia Pancasilais yang sejati mesti bercirikan
spirit gotong royong. Gotong royong sebagai kekhasan dan kearifan lokal yang
menjadi karakter bangsa kita. Inilah kompas emas yang menuntun kita semua.
Sebab spirit ini akan melibatkan banyak pihak mulai dari instansi pemerintah,
tim medis, aparat keamanan, komunitas sosial, sukarelawan, dsb untuk saling
berjejaring dan beraksi memotong rantai pandemi ini.
Dari Klub Tonil Kelimutu Hingga Saeh Go Lino
Semasa hidupnya Bung Karno senantiasa menampilkan semangat gotong royong. Sekalipun pada masa pembuangannya di Ende (1934-1938) semangat ini tidak pernah padam. Ia terus mengobarkannya bersama Klub Tonil Kelimutu, suatu perkumpulan sandiwara yang menjadi wadah baginya menghasilkan 12 naskah drama.
Hal ini menandaskan bahwa gotong royong dalam perkumpulan tersebut, yang meliputi proses latihan, persiapan panggung sampai pementasan sandiwara adalah buah nyata kreativitas di tengah keterbatasan. Klub Tonil Kelimutu menjadi corong bagi Bung Karno menyuarakan semangat kemerdekaan yang tidak boleh redup sekalipun dihantam oleh banyak rintangan dan tantangan.
Demikian pula kita pada realitas saat ini. Walaupun dibatasi oleh ancaman Covid-19, tidak boleh mengungkung kreativitas, teristimewa dalam berkarya mengurangi dampak negatifnya. Oleh karena itu, gotong royong menjadi api yang membakar semangat manusia Pancasilais modern di tengah pandemi Covid-19.
(Film Pendek Seri I Produksi Komunitas Saeh Go Lino) |
Komunitas Saeh Go Lino adalah bukti nyata dari spirit manusia Pancasilais modern. Komunitas kaum muda yang berbasis di Ruteng ini memproduksi Webseries bertajuk “Baku Sayang” di Youtube pada tanggal 09 Mei yang lalu. Film pendek dengan 4 episode ini didedikasikan untuk upaya pencegahan penyebaran Covid-19.
Munic Carolina, salah satu pemeran dalam film pendek tersebut mengatakan bahwa karya ini adalah sarana untuk mengingatkan masyarakat agar senantiasa memakai masker selama masa pandemi ini.
Baginya semangat gotong royong menjadi pilar penopang segenap anggota Saeh Go Lino yang berasal dari latar belakang berbeda dalam menghasilkan karya kreatif yang berfaedah bagi khalayak umum.
Baginya semangat gotong royong menjadi pilar penopang segenap anggota Saeh Go Lino yang berasal dari latar belakang berbeda dalam menghasilkan karya kreatif yang berfaedah bagi khalayak umum.
Selain itu, semangat gotong royong turut diprakarsai pula oleh Ferdinandus Watu, Kepala Desa Detusoko Barat. Pada 21 April yang lalu, berbasis swadaya dan gotong royong antar pemerintah, pemuka agama dan tokoh adat, ia membentuk tim pencegahan Covid-19 di desanya.
Keterlibatan tiga elemen penting ini tentu berandil besar bagi kebaikan bersama. Mereka melakukan penyemprotan disenfektan di pemukiman warga, membangun tempat cuci tangan di tempat umum, melakukan ritus adat tolak bala penyakit, mengedukasi warga terkait virus korona secara luring maupun daring, serta aksi sosial lainnya. Adapun mereka juga menyiapkan tempat karantina mandiri dengan memanfaatkan gedung asrama di Gereja Paroki. Sehingga para warga desa yang baru datang dari zona merah mendapat penanganan yang baik dan nyaman.
Dalam konteks di Kabupaten Sikka aparat pemerintah pun telah bergiat secara total dalam situasi pandemi ini. Roberto Diogo selaku Bupati Sikka telah merealisasikan semangat gotong royong dengan menggandeng seluruh unsur masyarakat untuk bersatu padu menangani musibah ini. Dedikasi beliau adalah cerminan teladan Bung Karno. Ia sosok pemimpin Pancasilais yang mendahulukan kepentingan warga yang terpinggirkan akibat virus ini.
Manusia Pancasilais Modern Melawan Covid-19
Pada momentum 75 tahun kelahiran Pancasila, para generasi penerus dipanggil untuk merefleksikan kembali konsep dasar negara ini. Generasi penerus dipanggil untuk memanggul peran sebagai manusia Pancasilais modern. Menurut saya, model ini ialah sosok yang mengintegrasikan nilai kearifan lokal dan media digital dengan berpedoman pada Pancasila.
Integrasi kedua aspek penting ini akan melahirkan generasi penerus yang unggul. Manusia Pancasilais modern yang tanggap pada realitas sosial dan bijak memakai media digital. Generasi yang melestarikan spirit gotong royong dalam setiap segi kehidupan berbangsa dan bertanah air.
Selanjutnya, manusia Pancasilais modern juga dipanggil untuk bergiat mengurangi dampak dari Covid-19. Salah satu langkah praktis yang dapat diwujudkan ialah melalui literasi digital, yakni kecakapan mengeksplorasi peranti teknologi dan media komunikasi untuk sesuatu yang bernilai positif bagi publik.
Bagi Rahma Sugiharti, dosen Isu-Isu Masyarakat Digital, literasi digital tidak hanya mementingkan pengembangan keterampilan teknis menggunakan teknologi digital, tetapi juga berkaitan dengan kesadaran kontekstual yang lebih besar tentang bagaimana media dan keterampilan media dan keterampilan teknologi memungkinkan munculnya partisipasi dalam dunia digital (Media Indonesia, 06 Juni 2020) Partisipasi melalui literasi digital yang kontekstual inilah yang menjadi tugas dan tanggung jawab kita bersama kala dilanda Covid-19.
Pada masa pandemi ini, saat segala sesuatu lebih banyak dikerjakan dari rumah menjadikan media digital sebagai sarana efektif untuk terlibat melawan Covid-19. Sederhananya kita, khususnya generasi milenial dapat membuat konten visual edukatif ataupun tulisan informatif perihal Covid-19 di media sosial, sehingga bisa menjangkau masyarakat luas. Sebagaimana upaya yang telah diinisiasi oleh Komunitas Saeh Go Lino melalui film pendek di Youtube. Tentunya inisiatif ini telah menginspirasi generasi milenial lainnya untk berkontribusi melalui literasi digital supaya badai korona lekas berlalu.
Contoh di atas serta segala geliat literasi digital yang sedang dijalankan saat ini, serupa simpul yang mempererat spirit gotong royong kita semua. Simpul yang menghubungkan setiap elemen masyarakat agar saling mendukung sama lain hingga melewati masa-masa krisis ini. Simpul yang juga telah menautkan kita dengan visi dan misi Bung Karno terhadap NKRI tercinta ini.
Kiranya dalam jalinan simpul ini kita selalu menjadi manusia Pancasilais modern, yang bergotong-royong melawan pandemi Covid-19, baik secara luring maupun daring. Sebab hanya dengan gotong royong kita dapat memaksimalkan segala potensi diri dalam pergulatan menghadapi pandemi ini.
Akhirnya, sepanjang era kenormalan baru (new normal) kita mesti selalu menggaungkan pesan Bung Karno ini, “Ho lopis kuntul baris, buat kepentingan bersama! Itulah Gotong Royong!” Salam Pancasila. Salam sehat untuk semua. (Putra Lomblen).
*) Tulisan ini meraih juara 1 dalam Lomba Bulan Bung Karno Juni 2020 yang diselenggarakan oleh DPC PDIP Kabupaten Sikka, NTT.
Asyik dibaca:
Luar biasa kaka !!
ReplyDeleteSmngat terus dan proficiat��
Terima kasih wineng. Suara dari Hokaido, hhaa. Sukses untuk belajarnya.
DeleteMamlntap bro.
ReplyDeleteTrimakasih, tulisan ini mampu menginspirasi dan memotivasi kami kaum muda Indonesia.
Om Joko Widodo pernah bilang "Kita tidak boleh berhenti bekerja untuk menghadirkan Pancasila."
Terima kasih ee tem Deras Golo, sukses buat kanal youtube-mu.
DeleteMantap eja..
ReplyDeleteThanks, nana geong.
DeleteProficiat yos.
ReplyDeleteSukses selalu
Iya Ancik, sama-sama belajar e bro.
DeleteTerlalu manis Bro... Selamat mengamalkan dan menghayati nilai-nilai Pancasila... Salam Pancasilais ☕
ReplyDeleteThanks ee Brogan, sosok Pancasilais kaum milenial.
DeleteMantap sekali tata,, ulasan yang menarik dan memotivasi ,, semoga semangat bung Karno dan api Pancasila selalu menyala dalam hati kita semua,,
ReplyDeleteTerima kassih yah, semoga api yang sama menerangi perjalanan cita-citamu juga.
ReplyDelete