Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Mengantar Senja di Jembatan Petuk Kupang

Bukan hanya si kembar Jembatan Liliba, Jembatan Petuk juga sedang mencitrakan dirinya sebagai ikon baru di Kota Kupang. Kali ini saya ingin mengajakmu mengatar senja dari jembatan di lingkar luar Kota Kupang.


Jembatan Petuk Kupang


Jembatan Terpanjang di NTT  

Jembatan Petuk dibangun sejak tahun 2015 dan diresmikan pada tahun 2017. Jembatan ini bertipe precast prestresed girder, yang ditopang 5 pilar setinggi 25-35 meter. 

Sejak awal dibangun jembatan ini sudah punya dua jalur, sehingga pasti bebas dari macet. Kendati letaknya di pinggir Kota Kupang sehingga tak ramai. 

Namun, amat sangat penting sebagai jalur distribusi dan ekonomi daerah. Karena Jembatan Petuk menjadi penghubung antar kabupaten, serta jalur dari Bandara El Tari ke Pelabuhan Bolok dan Tenau. 

Jembatan Petuk Kupang
Jalan menuju jembatan

Jembatan Petuk memiliki panjang 337 meter. Jembatan ini merupakan yang terpanjang di NTT. Artinya menggeser posisi Jembatan Noelmina (240 m) yang sudah lama bertengger di posisi satu. 

Adanya jembatan ini sungguh-sungguh mendukung aktivitas dan konektivitas warga masyarakat. Apalagi posisinya di lingkar luar Kota Kupang, bisa dipastikan kalau lewat sini akan bebas macet dan lebih nyaman. 

Dulunya saya pernah melintasi jembatan ini dengan mobil ambulans. Kami membawa tiga jenazah PMI NTT dari bandara El Tari untuk dihantar ke Pelabuhan Tenau. Dua tempat ini sangat berjauhan, tapi berkat Jembatan Petuk, jarak dan macet bukanlah hambatan. 

Jembatan Petuk Kupang
Dua jalur jembatan

Kreasi Ornamen Lokal NTT

Beberapa tahun lalu, sebelum corona merajalela, saya pernah ke Jembatan Petuk. Saat itu belum ada ornamen hiasan. Masih polos tanpa sentuhan artistik. Namun, sekarang semuanya berbeda. 

Sejak mulai menyusuri jembatan ini dari arah BTN, kita akan disambut gapura bernuansa lokalitas. Terdapat replika Sasando, alat musik dawai dari Pulau Rote. 

Jembatan Petuk Kupang
Pembatas jembatan dengan ornamen lokal

Yang paling menarik ialah ornamen-ornamen yang menempel sepanjang pembatas jembatan. Semuanya merupakan motif pada kain tenun ikat Sumba. 

Daya tarik ini tentu diminati kawula muda Kota Kupang dan sekitarnya. Kalau mau ambil foto berlatar motif ini pasti akan sangat estetik. Dominasi warna merah dan putih turut menambah nuansa elegan jembatan ini. 

Jembatan Petuk Kupang
Motif tenun Sumba

Sekadar selingan, jadi ada salah satu kios di dekat jembatan ini yang menjual jagung goreng. Salah satu  tempat dengan jagung horeng yang renyah dan maknyus. 

Selain itu, ada juga para pedagang/penjual keliling di sekitar jembatan. Artinya kehadiran jembatan ini memberi dampak ekonomi hingga ranting terkecil dalam ekosistem kota. 

Jalur Favorit Berolahraga 

Belakangan ini olahraga jogging atau lari santai menjadi tren baru di kota kami. Ini pertanda kesadaran untuk menjaga pola hidup sehat makin berkembang, khususnya di kalangan anak muda.

Nah, Jembatan Petuk menjadi spot olahraga favorit warga kota. Setiap sore banyak orang yang jogging atau jalan santai di jembatan ini. Tentu kalau pagi hari pasti ada yang berolahraga di sini. 

Namun, kita harus tetap hati-hati karena jembatan ini merupakan jalur cepat. Banyak kendaraan yang melintas dengan kecepatan tinggi. 

Kalau mau beristirahat sejenak haru benar-benar di tepi jembatan. Memang ada trotoar, tapi untuk yang di sisi kanan kurang lebar sedikit. Jadi harus tetap berhati-hati selama berada di jalur jembatan.

Jembatan Petuk Kupang
Jogging sore di jembatan

Selain itu, pemandangan dari atas jembatan juga tak kalah memanjakan mata. Kita bisa melihat ke dasar jurang, lanskap pemandangan nan eksotis. Ada jalur kali yang mengalir di bawah. 

Kita juga bisa melihat Kota Kupang dari jembatan sini. Khususnya yang bagian Kelapa Lima. Hotel Aston nampak jelas terlihat. Hamparan laut Teluk Kupang juga menjadikan view dari jembatan ini semakin memukau.

Hingga yang tak kalah penting adalah momen senja di Jembatan Petuk. Ini momen yang paling membekas. 

Sang surya yang perlahan tenggelam serupa uang koin lima ratus lama. Begitu magis sekaligus manis momen senja ini. Rasanya tak puas bila hanya sekali mengantar senja di Jembatan Petuk ini.  

Next, saya haru datang pagi-pagi sekali untuk merasakan nuansa yang berbeda. 

Post a Comment for "Mengantar Senja di Jembatan Petuk Kupang"