Mengunjungi Miniatur Peradaban di Museum Daerah Provinsi NTT
Anak-anak berseragam kuning hijau, berarak keluar dari halaman taman kanak-kanak. Mereka berjalan sambil memegang tali rafia merah, agar tetap berbaris rapi saat melintas di tepi jalan raya. Mereka hendak study tur ke Museum Daerah Provinsi NTT.
![]() |
Di ruangan utama Museum Daerah NTT |
Begitulah memori masa kecil saya tentang Museum Daerah NTT. TK dan SD saya berada di belakang kompleks museum tersebut. Nyaris tiap kenaikan kelas kami akan mengunjungi museum daerah.
Saya ingat ketika kami harus mencatat tiap benda/artefak yang dipamerkan dalam museum. Mungkin saat itulah kali terakhir saya pergi ke Museum Daerah NTT.
Hingga pada awal Januari terbesit ide untuk membuat liputan, saya pun kembali ke museum tersebut.
Museum Miniatur Peradaban
Saya pernah mendengar jika museum di luar negeri selalu menjadi yang pertama untuk disambangi oleh wisatawan.
Sekeren itu peran museum sebagai garda terdepan yang memperkenalkan peradaban suatu bangsa dan negara.
Demikian pun Museum Daerah NTT memiliki peran yang sama. Bahkan museum ini merangkum peradaban NTT, nusantara, dan dunia.
Momen kembali ke museum menjadi momentum untuk saya kembali ke akar dan identitas diri.
Museum NTT saat ini dan semasa saya SD sungguh mengalami banyak perubahan, tentu ini tanda komitmen untuk terus berpacu seiring kemajuan zaman.
Namun, pesannya tetap sama bahwa sebagai generasi penerus kita semua dipanggil untuk menggali dan memaknai warisan peradaban NTT yang sangat kaya.
10.360 Pengunjung Museum
Artikel berita yang saya tulis pada Januari lalu untuk publikasi total pengunjung selama 2024. Betapa suatu kabar baik bahwa sepanjang tahun tersebut jumlah pengunjung mencapai 10.360.
Menariknya dari total jumlah itu, ada Kak Tata, Jedi, dan Bram yang turut nyempil. Btw, karena postingan mereka saya terpanggil untuk pulang ke museum.
Selain itu, fakta menariknya juga jumlah tersebut didominasi oleh para pelajar. Para siswa dari TK sampai SMA mencapai 5.990 orang.
Sementara posisi kedua ditempati oleh pengunjung mahasiswa dengan total 2.119 orang, barulah diikuti oleh pengunjung umum, wisatawan mancanegara, dan peneliti.
Pastinya bukan soal kuantitas yang ditekankan, tetapi kualitas yang perlu diutamakan. saya meyakini jumlah ini sejalan dengan kepedulian dan kecintaan untuk belajar dan bersandar pada budaya sendiri. Semoga ke depannya akan terus meningkat.
Ayo ke Museum NTT
Selepas kunjungan pertama Januari lalu, pada Februari saya kembali ke museum. Namun, karena waktu yang mepet serta cuaca hujan badai, saya tak lama berada di museum.
Oia, sebelumnya sebagai informasi, Museum Daerah NTT dibuka setiap hari Senin - Jumat pada jam 08.00 - 16.00 WITA. Sementara Sabtu-Minggu libur. Adapun tiketnya Rp5.000 per orang.
Ada tiga bagian besar yang menjadi titik tujuan pengunjung, pameran utama, gedung kerangka ikan paus, dan galeri geologi NTT.
Dalam pameran utama kita seperti berjalan dalam suatu lintasan waktu, melihat sejarah bertumbuh dan berkembang. Kita juga akan melihat karya-karya bernilai tinggi dan luhur dari setiap etnik yang ada di NTT.
Di dalam gedung kerangka ikan paus tersimpan cerita personal yang penuh kesan. Jika kamu teman TK atau SD saya dulu, pasti sangat mengingat fosil ini.
![]() |
Kerangka ikan paus sepanjang 18 meter |
Kalau kamu belum sempat ke Lembata untuk melihat tradisi penangkapan ikan paus di kampung saya Lamalera, bisa juga berkunjung ke museum ini.
Sementara itu, di ruang geologi, salah satu ruang yang saya suka, ada replika fosil gajah endemik Flores. Ya, ini bertalian erat dengan museum gajah purba di kampus saya dulu di Maumere.
Tak banyak yang saya tuliskan kali ini. Namun, penting sekali untuk kita kembali pulang ke museum.
Iya, pulang, karena museum adalah rumah peradaban kita semua. Agar kita bisa menambah wawasan dan terus menjaga tradisi di tengah arus zaman.
Di penghujung akhir mengetik artikel ini, saya sempat googling rupanya Hari Museum Nasional setiap tanggal 12 Oktober.
Saya pastikan pada 12 Oktober 2025 nanti akan mengunjungi Museum Daerah NTT. Jadi, tolong ingatkan ya.
Post a Comment for "Mengunjungi Miniatur Peradaban di Museum Daerah Provinsi NTT "